Sistem Peringatan dini Tsunami via SMS

Sejak terjadinya Tsunami yang dahsyat di indonesia tepatnya pada daerah Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004, kini mulai dikembangkan sistem peringatan dini mengenai tsunami(Tsunami Early Warning System/TEWS) melalui sms, berdasarkan data yang diperoleh dari Intergovernmental Ocea-nographic Commision of UNESCO, International Tsunami Information Centre, dan Jakarta Tsunami Information Centre, Indonesia pernah mengalami teletsunami atau tsunami yang berasal dari sumber yang jangkauannya lebih dari 1.000 km. Tsunami yang jarang terjadi namun memiliki daya rusak tinggi ini pernah menerpa daratan Indonesia pada 27 Agustus 1883 di Krakatau.

Indonesia sendiri menerima bantuan beberapa unit buoy dari Jerman, Norwegia, dan beberapa negara sahabat. Bahkan beberapa waktu lalu, Indonesia juga telah menerima bantuan satu unit buoy dari Amerika Serikat.

Sekadar informasi, Buoy adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean Assessment and Reporting of Tsunami/DART) yang terapung di permukaan laut dan merupakan bagian dari skema teknologi TEWS yang disandingkan dengan perangkat OBU (Ocean Bottom Unit) yang terpasang di dasar laut. OBU dipasang bersama seismometer untuk mendeteksi kekuatan gempa di dasar laut. Ketika terjadi getaran gempa, OBU akan mengirimkan informasi kekuatan gempa ke buoy yang dilengkapi dengan penerima GPS (Global Positioning System) untuk memberikan data tentang posisi derajat lintang dan derajat bujur unit yang terapung. Kemudian, Buoy secara real-time memancarkan informasi lewat satelit pemancar untuk diteruskan ke master station yang ada di daratan. Jika kekuatan gempa mengindikasikan tsunami maka pihak terkait yang berada di master station langsung memberikan informasi ke beberapa institusi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat berupa alarm maupun penyiaran darurat radio dan televisi.

Nah, meski kerap menerima bantuan dari beberapa negara, Ridwan Djamaluddin, kepala Pusat Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, menampik anggapan bahwa Indonesia bergantung pada bantuan asing. Dia mengklaim pihaknya telah mampu membuat buoy lewat proses alih teknologi dari peneliti negara asing. Malah untuk proyek ini, pemerintah telah mengucurkan dana sebesar Rp 5 miliar dari APBN untuk produksi satu unit buoy berikut biaya risetnya.

“Setelah sempat tertunda dalam beberapa bulan karena proses pengadaan sensor yang harus dibuat, satu unit buoy buatan Indonesia telah terpasang di selatan Selat Sunda. Saat ini, BPPT tengah mengembangkan lima unit buoy yang diluncurkan pada akhir tahun 2008,” ujarnya kepada e-Indonesia. Ditargetkan, dari 22 buoy yang rencananya akan terpasang di sepanjang perairan selatan hingga ke utara Indonesia, 10 di antaranya harus merupakan buatan dari peneliti lokal.

Untuk lebih memaksimalkan penyampaian informasi kepada warga diperlukan alat telekomunikasi yang bisa dengan cepat menyebarkan peringatan dini, telepon genggam adalah alat telekomunikasi yang saat ini menjadi kebutuhan banyak orang dan hampir setiap warga memilikinya. Program TEWS(Tsunami Early Warning System) via sms merupakan cara yang paling mudah untuk menyampaikan peringatan kepada warga. Berikut ini adalah skema dari sistem real time TEWS :

skema tews

Dari penjelasan diatas diharapkan dalam beberapa tahun kedepan sistem peringatan sepertin ini bisa digunakan dan dekembangkan dengan maksimal di Indonesia untuk mengurangi jatuhnya korban yang lebih banyak.

Sumber : http://www.majalaheindonesia.com/seluler-tsunami.htm

Tinggalkan komentar